Ruben Amorim, pelatih Manchester United, mengakui bahwa timnya kesulitan melawan permainan fisik Brentford, terutama dalam situasi bola mati. Kekalahan 4-3 di Stadion Gtech Community menjadi bukti betapa rapuhnya pertahanan The Red Devils saat berhadapan dengan umpan silang dan lemparan ke dalam. FOOTBALL ASTRO, akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola hari ini, simak pembahasan ini.
Brentford mencetak tiga dari empat gol mereka melalui situasi bola mati, termasuk dua sundulan Kevin Schade. Amorim menyatakan bahwa timnya sudah menyadari kelemahan ini sebelum pertandingan, tetapi tidak mampu mengatasinya. “Kami tidak memiliki tinggi badan yang cukup untuk menghadapi tim seperti Brentford,” ujarnya.
Kontroversi terjadi pada gol pertama Brentford, di mana Matthijs de Ligt terjatuh karena cedera, tetapi wasit Anthony Taylor tidak menghentikan permainan. Amorim mengkritik keputusan tersebut, yang menurutnya memengaruhi momentum pertandingan.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Performa Tidak Konsisten dan Masalah Mentalitas
Manchester United sempat unggul lebih dulu melalui Mason Mount, tetapi gagal mempertahankan keunggulan. Amorim mengakui bahwa pertandingan ini mencerminkan masalah sepanjang musim: tim kerap kehilangan konsentrasi di momen krusial.
“Kami mengendalikan permainan di babak pertama, tetapi gagal mempertahankan fokus,” kata Amorim. “Begitu kebobolan, mentalitas tim langsung goyah, dan Brentford memanfaatkannya dengan sempurna.”
Meski sempat mencetak dua gol di babak kedua untuk mengejar ketertinggalan, United tidak memiliki waktu cukup untuk menyamakan kedudukan. Kekalahan ini menjadi yang ke-16 mereka di Liga Premier musim ini, mempertegas betapa tidak konsistennya performa tim.
Baca Juga: Messi Cetak Ggol saat Miami Kalahkan Red Bulls, Hentikan Rentetan Kekalahan
Rotasi Pemain dan Persiapan Menuju Liga Europa
Amorim melakukan beberapa perubahan dalam starting XI, termasuk memainkan Chido Obi (17 tahun) yang menjadi pemain termuda United di Liga Premier. Rata-rata usia tim hanya 22 tahun dan 270 hari, menjadikannya salah satu skuad termuda dalam sejarah kompetisi.
Pelatih asal Portugal itu menjelaskan bahwa rotasi dilakukan untuk mempersiapkan laga leg kedua semifinal Liga Europa melawan Athletic Club. “Kami harus mempertimbangkan kondisi pemain, terutama dengan cedera De Ligt dan Luke Shaw,” ujarnya.
Keputusan ini menuai kritik, tetapi Amorim membela bahwa prioritas utama adalah lolos ke final Liga Europa. United saat ini unggul agregat 3-0 dari leg pertama, sehingga peluang mereka masih terbuka lebar.
Dampak Kekalahan bagi Masa Depan Amorim dan United
Kekalahan ini semakin memperburuk catatan buruk Manchester United musim ini. Dengan posisi yang jauh dari zona Liga Champions, tekanan terhadap Amorim semakin besar. Manajemen klub dikabarkan mulai mempertimbangkan opsi lain untuk kursi pelatih.
Namun, Amorim menegaskan bahwa tim tetap fokus pada dua target: finis sebaik mungkin di Liga Premier dan meraih trofi Liga Europa. “Roma tidak dibangun dalam sehari. Kami sedang dalam proses pembangunan,” katanya.
Jika United gagal meraih gelar Eropa atau finis di posisi yang memalukan, masa depan Amorim di Old Trafford bisa terancam. Kemenangan atas Athletic Club di Liga Europa mungkin menjadi satu-satunya penyelamatnya. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita sepak bola terbaru lainnya hanya dengan klik footballastro.com.